MERPATI KUNING
Kamis, 13 November 2014
Indonesia Harus Belajar Dari Revolusi Iran
Sejak masa-masa awal kemenangan Revolusi Islam, masalah kemandirian di bidang ekonomi senantiasa menjadi perhatian utama. Pasalnya, pada era pra-revolusi, akibat kesalahan fatal politik Rezim Pahlevi, menyebabkan Iran amat bergantung dengan Barat, khususnya AS. Sebaliknya, pasca kemenangan Revolusi Islam, negara-negara Barat berupaya menekan dan mengancam Republik Islam Iran dengan pelbagai cara, termasuk dengan menerapkan embargo ekonomi.
Karena itu, Iran pun berusaha mencapai kemandirian di bidang pertanian dan industri. Upaya ini bahkan terus dilanjutkan, meski di saat Iran menjalani masa-masa sulit perang yang dipaksakan oleh Rezim Ba’ats, Irak selama delapan tahun. Upaya tiada kenal lelah inipun, akhirnya membuahkan hasil yang membanggakan. Iran berhasil mencapai swasembada gandum, sebuah komoditas strategis pertanian. Sejak tahun lalu, Iran bahkan sanggup mengekspor hasil produksi gandumnya ke sejumlah negara. Begitu pula di berbagai komoditas pertanian lainnya. Iran juga berhasil meraih kemajuan dengan menerapkan program mekanisasi pertanian.
Salah satu dampak buruk yang diwariskan sistem perekonomian Rezim Pahlevi dan masih berpengaruh hingga kini adalah ketergantungan Iran terhadap pendapatan minyak bumi. Masalah ini membuat struktur ekonomi menjadi rapuh, namun dengan usaha keras pemerintah Republik Islam Iran, ketergantungan terhadap pendapatan minyak pun perlahan-lahan mulai dibatasi. Sebagai misal, pada tahun 2007-2008 ini, komposisi pendapatan minyak dalam anggaran negara Iran kurang dari 50 persen. Sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir pendapatan dari sektor non-minyak makin naik secara signifikan. Berdasarkan sejumlah data, pendapatan Iran di sektor non-minyak pada tahun 2006 mengalami peningkatan 47 persen atau sekitar 16 miliar USD. Peningkatan ini membuat situasi ekonomi Iran relatif bisa bertahan meski harga minyak dunia mengalami fluktuatif.
Di sisi lain, untuk memanfaatkan secara optimal cadangan minyak, Iran berupaya meningkatkan produksi komoditas petrokimia dan olahan minyak lainnya agar lebih bermanfaat dan bernilai. Sehingga pada periode 2007-2008, produksi petrokimia Iran meningkat lebih dari 30 juta ton. Rencananya tiga tahun lagi, produksi di sektor ini akan ditingkatkan menjadi 58 juta ton.
Salah satu produksi industri Iran yang berhasil diekspor sejak beberapa tahun terakhir adalah produk otomotif. Iran mengekspor kendaraan penumpang dan barangnya ke berbagai negara seperti Syria, Turkmenistan, Afghanistan, Azerbaijan, dan Venezuela. Iran juga menjalin kerjasama pembangunan pabrik mobil dengan sejumlah negara. Pada tahun 2006, Iran mengeskpor lebih dari 30 ribu kendaraan senilai 350 juta USD. Pembangunan di bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan, rel kereta api, jembatan, jalan tol dalam kota, dan kereta api bawah tanah (subway) merupakan langkah pembangunan paling kentara pasca revolusi.
Kemajuan lain ekonomi Iran pasca Revolusi Islam adalah meningkatnya investasi asing, padahal Iran saat ini masih berada di bawah tekanan sanksi ekonomi AS. Tahun lalu, investasi asing di sektor perminyakan, yang merupakan salah satu bidang yang paling dikhawatirkan oleh AS, mengalami peningkatan sekitar 9 persen. Begitu juga di bidang gas, tingkat eksplorasi, produksi, dan ekspor di bidang ini mengalami peningkatan signifikan. Pada bulan Februari ini, menteri perminyakan Iran melaporkan adanya penemuan ladang gas baru dengan cadangan gas sebesar 11 triliun kaki kubik. Iran adalah negara pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Selain itu, Teheran juga telah menjalin beragam kontrak kerjasama di bidang gas dengan negara-negara lain. Sebagai contoh, baru-baru ini Iran dan Austria menandatangani kontrak ekspor gas senilai 50 miliar USD dan kerjasama produksi gas dengan Malaysia senilai 16 miliar USD.
Salah satu slogan utama Revolusi Islam Iran adalah meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintah Republik Islam Iran berusaha keras meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Terlebih khusus di era kepemimpinan Presiden Ahmadinejad, yang lebih fokus untuk merealisasikan visi keadilan yang yang disuarakan oleh Revolusi Islam. Program kunjungan ke daerah Presiden Ahmadinejad beserta kabinetnya merupakan upaya serius pemerintah untuk menyentuh secara langsung persoalan rakyat di berbagai daerah sehingga bisa diupayakan tindakan yang lebih cepat untuk mengatasi persoalan daerah. Selama dua tahun pertama masa kepemimpinannya, Presiden Ahmadinejad berhasil mengunjungi 30 propinsi. Kini, di paruh kedua masa kepemiminannya, dia pun melaksanakan kembali rangkaian safari ke berbagai daerah untuk menganalisa dan menindaklanjuti kebijakan sebelumnya.
Masih di bidang pembangunan keadilan sosial, Pemerintahan Ahmadinejad juga mengeluarkan program pembagian ‘saham keadilan’. Lewat program ini, saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat berpendapatan rendah, sementara hasil keuntungannya akan dikembalikan lagi kepada mereka.
Kendati Iran pasca revolusi, menghadapi beragam tekanan dan embargo, namun para ilmuan dan teknisi militer Iran tidak pernah menyerah untuk memajukan kekuatan pertahanan negaranya. Tak heran bila kini Iran berhasil meraih keberhasilan yang tidak pernah diduga sebelumnya di bidang persenjataan modern. Angkatan bersenjata RII, saat ini berhasil membuat dan mengembangkan berbagai bentuk roket, seperti roket darat ke darat, darat ke laut, dan darat ke udara. Begitu pula di bidang pembuatan helikopter dan pesawat tempur, para ilmuan Iran berhasil mencapai kemajuan yang menarik di bidang ini. Sejumlah pesawat tempur berteknologi tinggi baik berjenis tanpa awak maupun standar, berhasil dibuat oleh Iran.
Angkatan darat militer Iran juga berhasil membuat peralatan perang modern lainnya seperti, tank, panser, meriam, dan beragam bentuk senjata personal. Begitu pula di matra laut, kekuatan pertahanan laut Iran juga berhasil menorehkan prestasi gemilang. Seperti pembuatan beragam jenis kapal perang dan perahu cepat militer serta beragam persenjataan penting lainnya. Di bidang perangkat militer elektronik, Iran juga berhasil membuat gebrakan baru di bidang ini. Tak heran jika kini Iran menyatakan siap mengadapi ancaman perang elektronik.
Kemajuan mengagumkan Iran di bidang industri militer membuat sejumlah negara kian tertarik menjalin kerjasama dengan Iran. Saat ini, Iran telah mengekspor hasil-hasil industri militernya ke 57 negara.
Revolusi Islam Iran telah memberikan karunia, berkah dan keberhasilan yang begitu berharga bagi rakyat Iran. Revolusi ini telah menghadiahkan nilai-nilai luhur seperti tuntutan kemerdekaan, kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemandirian. Nilai-nilai inilah yang mendorong rakyat Iran untuk terus berjuang memutus ketergantungan di bidang ekonomi, politik, dan budaya asing serta mewujudkan keadilan ekonomi dan kemajuan iptek.
Islam senantiasa menekankan perlunya menuntut ilmu. Ada banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang mengajak kaum muslimin untuk menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Ajakan ini disikapi secara serius oleh pemerintah dan rakyat Iran. Pada tahap awal, pemerintah Republik Islam Iran berusaha membukan peluang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat untuk bisa mengenyam pendidikan formal, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pasal 30 UUD Republik Islam Iran menyatakan, “Pemerintah berkewajiban menyediakan pendidikan dan pengajaran gratis bagi seluruh rakyat hingga akhir tingkat pendidikan menengah dan mengembangkan pendidikan tinggi secara gratis pula hingga semampunya”.
Sejak awal Revolusi Islam, pemerintah Iran telah mencanangkan program perang melawan buta huruf. Terkait hal ini, Bapak Pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini menugaskan dibentuknya Lembaga Kebangkitan Melek Huruf. Upaya kontinyu dan tak kenal lelah lembaga ini berhasil menurunkan secara drastis angka buta huruf. Sebelum Revolusi Islam, angka buta huruf di Iran mencapai 50 persen, namun pasca Revolusi angka ini berhasil ditekan menjadi 10 persen. Prestasi cemerlang Lembaga Kebangkitan Melek Huruf ini bahkan berkali-kali mendapat pujian dan penghargaan dari lembaga-lembaga internasional, termasuk Unesco.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Iran terus mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap tahun, terdapat banyak sekolah yang dibangun di berbagai kawasan di Iran. Pemerintah dan para prakstisi pendidikan juga terus berusaha menyesuaikan kurikulum dan metode pendidikannya dengan pelbagai hasil temuan baru di bidang ilmu pengetahuan.
Dunia perguruan tinggi Iran juga mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pasca Revolusi Islam. Meski angka para peminat pendidikan tinggi di Iran terus meningkat tajam, namun begitu, kini kapasitas kursi pendidikan di perguruan tinggi telah mencapai lebih dari satu juta 200 ribu kursi. Fenomena lain yang menarik di dunia kampus Iran adalah lebih dari 60 persen mahasiswa Iran adalah kaum hawa. Kenyataan ini merupakan salah satu efek dari upaya pemerintah memajukan peran kaum perempuan.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah makalah ilmiah para ilmuan Iran yang berhasil diterbitkan oleh berbagai majalah dan media ilmiah ternama dunia kian meningkat. Keberhasilan di bidang ini merupakan salah satu indikator kemajuan sains di setiap negara. Ironisnya, meski media-media ilmiah Barat mengklaim dirinya bersikap secara obyektif namun sebagian masih menolak untuk merilis makalah ilmiah para ilmuan Iran.
Pasca Revolusi Islam, para pakar sains dan teknologi di Iran berhasil mencapai kemajuan yang pesat, bahkan tergolong sebagai lompatan ilmiah. Teknologi nano sebagai salah satu dari empat teknologi paling bergengsi dan rumit di dunia, telah bertahun-tahun menjadi fokus perhatian dan penelitian para ilmuan Iran. Teknologi ini bahkan bisa memperbaiki molekul dan sel-sel badan yang rusak. Teknologi nano biasa dimanfaatkan untuk keperluan kedokteran, pertanian, industri, dsb. Hingga kini, Iran tergolong sebagai negara maju di bidang teknologi nano dan berhasil memproduksi sejumlah komoditas dengan bantuan teknologi nano.
Salah satu keberhasilan lainnya Iran di bidang iptek adalah prestasi cemerlang di bidang stem cell atau sel punca. Selama bertahun-tahun, para ilmuan Iran telah mengembangkan teknologi sel punca untuk pengobatan dan keperluan kedokteran lainnya. Sel punca ini mampu memproduksi beragam jenis sel tubuh manusia, karena itu, sel ini memiliki peran yang amat vital. Para ilmuan Iran juga berhasil memanfaatkan teknologi sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini sulit diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya. Namun prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuan Iran mengkloning seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca. Prestasi ini merupakan bukti kemajuan Iran di bidang kedokteran, khususnya dalam reproduksi sel punca.
Pusat Riset Ruyan merupakan lembaga penelitian yang berhasil mengembangkan teknologi stem cell atau sel punca di Iran. Televisi CNN dalam laporannya mengenai kemajuan Iran di bidang teknologi ini menuturkan, “Pusat Riset Ruyan adalah salah satu sentra penelitian sel punca janin di Iran. Di lembaga ini, sains berkembang pesat”. CNN dalam laporannya ini juga menambahkan, salah satu penyebab kemajuan Iran di bidang iptek adalah karena para pemimpin negara ini menghendaki ilmu pengetahuan.
Salah satu keberhasilan Iran lainnya di bidang kedokteran adalah pembuatan obat IMOD. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan fungsi ketahanan tubuh di hadapan virus AIDS. Keampuhan obat ini bahkan telah diakui oleh otoritas kedokteran dunia. Pada tanggal 3 Februari yang lalu, para pakar farmasi Iran juga berhasil mengeluarkan obat baru Angi Pars, obat ini berfungsi untuk menyembuhkan luka penyakit diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah terjadinya amputasi. Begitu juga di bidang kedokteran lainnya, para ilmuan kedokteran Iran berhasil membuat terobosan baru dalam metode operasi, seperti operasi otak dan saraf, jantung, dan mata. Saat ini, di kawasan Timur Tengah, Republik Islam Iran terbilang sebagai negara paling maju di bidang kedokteran.
Ternyata Iran menyimpan prestasi yang mengagumkan di bidang nuklir. Namun, dibalik polemik yang sengaja dihembuskan Barat untuk menentang kemajuan Iran di bidang ini, Meski Iran berada di bawah tekanan dan embargo, namun negara ini tetap berhasil mencapai prestasi cemerlang dalam teknologi nuklir. Selama ini, negara-negara Barat, khususnya AS memanfaatkan nuklir untuk membuat bom pemusnah massal, karena itu mereka juga berpikir bahwa Iran memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Padahal, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang positif, seperti sebagai sumber energi listrik. Atas dasar inilah, Iran mengembangkan teknologi nuklir. Langkah ini dilakukan untuk menjadikan nuklir sebagai sumber energi alternatif. Selain dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, teknologi nuklir juga bisa digunakan untuk keperluan kedokteran, dan rekayasa genetika di bidang pertanian dan peternakan.
Untuk menghilangkan adanya kecurigaan Barat terhadap program nuklir sipil Iran, para pejabat tinggi Tehran telah berkali-kali menggelar dialog dengan negara-negara Barat dan menjalin kerjasama yang transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Tahun lalu, Presiden Ahmadinejad mengumumkan, bahwa Republik Islam Iran secara resmi telah memasuki fase industrialisasi produksi bahan bakar nuklir. Upaya ini merupakan salah satu bentuk tekad nyata Iran untuk mencapai kemandirian di bidang nuklir.
Baru-baru ini, tanggal 4 Februari lalu, Iran juga berhasil menorehkan prestasi baru di bidang teknologi antariksa. Pembangunan stasiun peluncuran antariksa dan peluncuran roket pembawa satelit Safir merupakan kesuksesan terbaru Iran di bidang ini. Seluruh keberhasilan tersebut merupakan berkah kemenangan Revolusi Islam dan buah prestasi iman, ikhtiar, persatuan rakyat Iran serta kepemimpinan bijaksana Pemimpin Revolusi Islam Iran. Mari belajar dari Iran.
Revolusi Islam Iran telah memberikan karunia, berkah dan keberhasilan yang begitu berharga bagi rakyat Iran. Revolusi ini telah menghadiahkan nilai-nilai luhur seperti tuntutan kemerdekaan, kebangkitan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kemandirian. Nilai-nilai inilah yang mendorong rakyat Iran untuk terus berjuang memutus ketergantungan di bidang ekonomi, politik, dan budaya asing serta mewujudkan keadilan ekonomi dan kemajuan iptek.
Islam senantiasa menekankan perlunya menuntut ilmu. Ada banyak ayat Al-Quran dan hadis Nabi yang mengajak kaum muslimin untuk menuntut ilmu di manapun dan kapanpun. Ajakan ini disikapi secara serius oleh pemerintah dan rakyat Iran. Pada tahap awal, pemerintah Republik Islam Iran berusaha membukan peluang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat untuk bisa mengenyam pendidikan formal, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pasal 30 UUD Republik Islam Iran menyatakan, “Pemerintah berkewajiban menyediakan pendidikan dan pengajaran gratis bagi seluruh rakyat hingga akhir tingkat pendidikan menengah dan mengembangkan pendidikan tinggi secara gratis pula hingga semampunya”.
Sejak awal Revolusi Islam, pemerintah Iran telah mencanangkan program perang melawan buta huruf. Terkait hal ini, Bapak Pendiri Revolusi Islam, Imam Khomeini menugaskan dibentuknya Lembaga Kebangkitan Melek Huruf. Upaya kontinyu dan tak kenal lelah lembaga ini berhasil menurunkan secara drastis angka buta huruf. Sebelum Revolusi Islam, angka buta huruf di Iran mencapai 50 persen, namun pasca Revolusi angka ini berhasil ditekan menjadi 10 persen. Prestasi cemerlang Lembaga Kebangkitan Melek Huruf ini bahkan berkali-kali mendapat pujian dan penghargaan dari lembaga-lembaga internasional, termasuk Unesco.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan di Iran terus mengalami kemajuan dan pertumbuhan yang pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Setiap tahun, terdapat banyak sekolah yang dibangun di berbagai kawasan di Iran. Pemerintah dan para prakstisi pendidikan juga terus berusaha menyesuaikan kurikulum dan metode pendidikannya dengan pelbagai hasil temuan baru di bidang ilmu pengetahuan.
Dunia perguruan tinggi Iran juga mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat pasca Revolusi Islam. Meski angka para peminat pendidikan tinggi di Iran terus meningkat tajam, namun begitu, kini kapasitas kursi pendidikan di perguruan tinggi telah mencapai lebih dari satu juta 200 ribu kursi. Fenomena lain yang menarik di dunia kampus Iran adalah lebih dari 60 persen mahasiswa Iran adalah kaum hawa. Kenyataan ini merupakan salah satu efek dari upaya pemerintah memajukan peran kaum perempuan.
Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah makalah ilmiah para ilmuan Iran yang berhasil diterbitkan oleh berbagai majalah dan media ilmiah ternama dunia kian meningkat. Keberhasilan di bidang ini merupakan salah satu indikator kemajuan sains di setiap negara. Ironisnya, meski media-media ilmiah Barat mengklaim dirinya bersikap secara obyektif namun sebagian masih menolak untuk merilis makalah ilmiah para ilmuan Iran.
Pasca Revolusi Islam, para pakar sains dan teknologi di Iran berhasil mencapai kemajuan yang pesat, bahkan tergolong sebagai lompatan ilmiah. Teknologi nano sebagai salah satu dari empat teknologi paling bergengsi dan rumit di dunia, telah bertahun-tahun menjadi fokus perhatian dan penelitian para ilmuan Iran. Teknologi ini bahkan bisa memperbaiki molekul dan sel-sel badan yang rusak. Teknologi nano biasa dimanfaatkan untuk keperluan kedokteran, pertanian, industri, dsb. Hingga kini, Iran tergolong sebagai negara maju di bidang teknologi nano dan berhasil memproduksi sejumlah komoditas dengan bantuan teknologi nano.
Salah satu keberhasilan lainnya Iran di bidang iptek adalah prestasi cemerlang di bidang stem cell atau sel punca. Selama bertahun-tahun, para ilmuan Iran telah mengembangkan teknologi sel punca untuk pengobatan dan keperluan kedokteran lainnya. Sel punca ini mampu memproduksi beragam jenis sel tubuh manusia, karena itu, sel ini memiliki peran yang amat vital. Para ilmuan Iran juga berhasil memanfaatkan teknologi sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini sulit diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya. Namun prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuan Iran mengkloning seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca. Prestasi ini merupakan bukti kemajuan Iran di bidang kedokteran, khususnya dalam reproduksi sel punca.
Pusat Riset Ruyan merupakan lembaga penelitian yang berhasil mengembangkan teknologi stem cell atau sel punca di Iran. Televisi CNN dalam laporannya mengenai kemajuan Iran di bidang teknologi ini menuturkan, “Pusat Riset Ruyan adalah salah satu sentra penelitian sel punca janin di Iran. Di lembaga ini, sains berkembang pesat”. CNN dalam laporannya ini juga menambahkan, salah satu penyebab kemajuan Iran di bidang iptek adalah karena para pemimpin negara ini menghendaki ilmu pengetahuan.
Salah satu keberhasilan Iran lainnya di bidang kedokteran adalah pembuatan obat IMOD. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan fungsi ketahanan tubuh di hadapan virus AIDS. Keampuhan obat ini bahkan telah diakui oleh otoritas kedokteran dunia. Pada tanggal 3 Februari yang lalu, para pakar farmasi Iran juga berhasil mengeluarkan obat baru Angi Pars, obat ini berfungsi untuk menyembuhkan luka penyakit diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah terjadinya amputasi. Begitu juga di bidang kedokteran lainnya, para ilmuan kedokteran Iran berhasil membuat terobosan baru dalam metode operasi, seperti operasi otak dan saraf, jantung, dan mata. Saat ini, di kawasan Timur Tengah, Republik Islam Iran terbilang sebagai negara paling maju di bidang kedokteran.
Isu nuklir Iran adalah topik yang begitu akrab. Namun, dibalik polemik yang sengaja dihembuskan Barat untuk menentang kemajuan Iran di bidang ini, ternyata Iran menyimpan prestasi yang mengagumkan di bidang nuklir. Meski Iran berada di bawah tekanan dan embargo, namun negara ini tetap berhasil mencapai prestasi cemerlang dalam teknologi nuklir. Selama ini, negara-negara Barat, khususnya AS memanfaatkan nuklir untuk membuat bom pemusnah massal, karena itu mereka juga berpikir bahwa Iran memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Padahal, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang positif, seperti sebagai sumber energi listrik. Atas dasar inilah, Iran mengembangkan teknologi nuklir. Langkah ini dilakukan untuk menjadikan nuklir sebagai sumber energi alternatif. Selain dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, teknologi nuklir juga bisa digunakan untuk keperluan kedokteran, dan rekayasa genetika di bidang pertanian dan peternakan.
Untuk menghilangkan adanya kecurigaan Barat terhadap program nuklir sipil Iran, para pejabat tinggi Tehran telah berkali-kali menggelar dialog dengan negara-negara Barat dan menjalin kerjasama yang transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Tahun lalu, Presiden Ahmadinejad mengumumkan, bahwa Republik Islam Iran secara resmi telah memasuki fase industrialisasi produksi bahan bakar nuklir. Upaya ini merupakan salah satu bentuk tekad nyata Iran untuk mencapai kemandirian di bidang nuklir.
Baru-baru ini, tanggal 4 Februari lalu, Iran juga berhasil menorehkan prestasi baru di bidang teknologi antariksa. Pembangunan stasiun peluncuran antariksa dan peluncuran roket pembawa satelit Safir merupakan kesuksesan terbaru Iran di bidang ini. Seluruh keberhasilan tersebut merupakan berkah kemenangan Revolusi Islam dan buah prestasi iman, ikhtiar, persatuan rakyat Iran serta kepemimpinan bijaksana Pemimpin Revolusi Islam Iran.
Wilayah Negara Iran masuk dalam kategori Negara-negara timur tengah yang memiliki luas wilayah 1.648.195 kilometer persegi dengan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 7.270.198 jiwa. Tingkat ekonomi pada tahun 2006 di Negara ini tergolong menengah kebawah pada tahun 2004 sebesar US$ 2439. Negara ini menmpati peringkat HDI ke 96 dari 177 negara. Dan EDI ke 86 dari 125 negara.
Menurut dokumen yang disetujui oleh supreme council of education pada 1998, perkembangan nasional adalah tujuan utama bagi pendidikan yaitu untuk meningkatkan produktivitas, mencapai integrasi social dan nasional, mengelaola nilai-nilai social, moral dan spiritual denagan penekanan pada penguatan dan dorongan keyakinan terhadap Islam. Tujuan-tujuan yang disetujui council juga menekankan peran pendidikan pada pengembangan sumberdaya manusia untuk level ekonomi yang berbeda-beda dan oleh karena itu pendidikan dipandang sebagai investasi untuk masa depan
Anggaran Pendidikan
Anggaran kementrian pendidikan pada tahun 1996 adalah 6.130 miliyar riyal (RI), merupakan 3,8% dari anggaran belanja Negara. Anggaran yang disetujui adalah RI 5.455,6 miliyar riyal, tetapi untuk menyediakan dana talangan bagi kementrian pendidikan, bebrapa tambahan tambahan dana telah di alokasikan dan anggaran pendidikan bertambah menjadi RI 6.130 miliyar riyal. Selain itu, untuk meningkatkan anggaran, beberapa kesepakatan telah disetujui selama dua tahun terakhir untuk memberikan sumber dana baru bagi kementrian pendidikan.
Pada tahun 2003, total pembiayaan pendidikan (termasuk pendidikan dasar hingga prauniversitas) sejumlah RI 39, 880 miliyar riyal atau 12% dari total anggaran belanja Negara pada tahun 2001.
Peran Pemerintah
Sistem sekolah berada di bawah yurisdiksi Kementerian Pendidikan dan Pelatihan. Selain sekolah, Kementerian ini juga memiliki tanggung jawab untuk beberapa pelatihan guru dan beberapa lembaga teknis. Departemen Pendidikan mempekerjakan jumlah tertinggi pegawai negeri sipil 42% dari total dan menerima 21% dari anggaran nasional. Sebanyak 15.018.903 siswa telah bersekolah di sekolah dengan 87.024 kelas 485.186 di seluruh negeri pada tahun akademik 1990-1991. Dengan rincian sebagai berikut: 509 sekolah untuk anak-anak cacat, 3.586 TK, 59.280 Sekolah Dasar, 15.580 Sekolah Menengah Pertama, 4.515 Sekolah Menengah Atas, 380 Sekolah Teknik, 405 Studi Bisnis dan sekolah-sekolah kejuruan, 64 Sekolah Pertanian, 238 kota dan 182 guru sekolah dasar pedesaan ‘akademi pelatihan, tujuh kejuruan dan profesional latihan guru dan 19 lembaga perguruan tinggi teknologi. Ada juga 2.259 sekolah-sekolah pendidikan orang dewasa.
Pendidikan Pra- Sekolah
Pendidikan sebelum sekolah dasar ditempuh 1 tahun dan melayani anak usia 5 tahun. Pendidikan sebelum sekolah dasar tidak wajib. Tidak ada ujian pada akhir sekolah ini dan anak-anak secara otomatis melanjutkan ke pendidikan berikutnya.
Pendidikan dasar
Sekolah dasar adalah pendidikan formal tahap pertama dan hukumnya adalah wajib. Dan ditempuh selama 5 tahun dan usia masuk sekolah dasar adalah 6 tahun. Para siswa mengikuti ujian akhir pada tingkat ke lima, dan apabila lulus mereka mendapatkan ijazah tamat sekolah dasar
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri dari dua tahapan, sekolah menengah rendah dan sekolah menengah tinggi. Sekolah menengah rendah ditempuh selama 3 tahun (kelompok usia 11- 13 tahun). Pendidikan delapan tahun yang terdiri dari sekolah dasar dan sekolah menengah rendah di kategorikan sebagai pendidikan dasar.
Program 3 tahun sekolah menengah tinggi adalah untuk para siswa yang telah lulus dari sekolah menengah rendah. Mata pelajaran yang ditawarkan pada sekolah menengah tinggi dapat di klasifikasikan menjadi tiga bidang : akademik, teknik, dan kejuruan, serta Kar-Danesh (ilmu pengetehuan ketrampilan, sebuah cabangdari kejuruan yang fleksibel).
Program satu tahun prauniversitas tersedia bagi mereka yang berhasil lulus dari sekolah menengah atas jurusan akademik. Bagi yang mengambil jurusan teknik dan kejuruan, para siswa yang telah lulus sekolah menengah atas dapat mendaftar pada program dua tahun yang dapat mengantarkan di dalamnya termasuk universitas, collage dan pusat-pusat pendidikan tinggi. Yang dapat masuk perguruan tinggi adalah mereka yang telah lulus sekolah menengah atas dan berhasil lulus pada ujian masuk perguruan tinggi. Universitas di bagi menjadi universitas umum dan khusus, universitas teknologi komperhensif, universitas terbuka, universitas Islam azad, dan universitas kedokteran
————————————
Kurikulum Pendidikan
Pendidikan pra sekolah
Pada jenjang pra sekolah murid diajarkan mengenai belajar bahsa, pengantar matematika, dan konsep sains, lebih-lebih pada nilai-nilai agama dan kepercayaan. Selain itu juga meliputi tentang kegiatan ketrampilan seperti kerajinan tangan, menggunting, mancetak, menggambar, bercerita, bermain, dan berolahraga.
Pendidikan dasar
Fokus kurikulum pendidikan dasar adalah pada pengembangan ketrampilan dasar baca dan berhitung, studi lingkungan dalam tema fisik dan fenomena social, dan pembelajaran agama. Semua mata pelajaran dan buku pelajaran untuk sekolah dasar diputuskan dan disiapkan pada level pusat.
Pendidikan menengah
Pendidikan menengah rendah
Kelompok agama minoritas melakukan pembelajaran khusus mereka dan terdapat daftar bacaan khusus untuk kelompok sunni. Diwajibkan untuk lulus semua mata pelajaran pada jurusan yang berbeda. Pembelajaran digunakan dengan bahasa Persia pada semua level. Untuk daerah bilingual, maka diadakan kursus satu bulan untuk mengajarkan kunci-kunci konsep bahasa sebelum tahun ajaran baru di mulai. Ujian dilakukan pada akhir kelas III yang diadakan oleh level kabupaten dan propinsi.
Pendidikan menengah atas
Sekolah menengah atas diperuntukkan bagi siswa yang telah lulus sekolah menengah dasar. Mata pelajaran yang ditawarkan dikelompokkan dalam jurusan sebagai berikut:
Jurusan akademik: tujuan jurusan ini adalah mempromosikan pengetahuan umum dan budaya. Tedapat ujian akhir yang dikelola oleh tingkat nasional dan bagi siwa yang lulus mendapat ijazah diploma.
Jurusan teknik dan pendidikan kejuruan: Jurusan ini terdiri dari tiga bidang: teknik pertanian dan kejuruan. Sekarang terdapat 30 bidang pada pendidikan teknik dan kejuruan (TVE). Siwa yang memenuhi kualifikasi pendidikan TVE dapat juga masuk pada lembaga yang menawarkan program teknik atau preuniversity dan mendapat sertifikat terampil pertama.
Jurusan kar-danesh (knowledge skill): Tiap kar-danesh mempunyai silabi yang dikembangkan di bawah secretariat pendidikan menengah proses pendidikan ini mencakup 400 ketrampilan, berbeda dengan jurusan yang lain. Pendidikan ini bersifat berbasis kompetensi. Siswa yang beehasil dianugrahi ijazah terampil tingkat II, dan diploma.
Pendidikan di Iran mempunyai jenjang pendidikan pra sekolah 1 tahun, pendidikan dasar 5 tahun, pendidikan menengah dasar 3 tahun, pendidikan menengah atas 3 tahun. Pendidikan menengah atas terbagi atas: jurusan akademik, Jurusan teknik dan pendidikan kejuruan, Jurusan kar-danesh.pendidikan Pendidikan di Iran di pegang oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan.
Selasa, 04 November 2014
APAKAH SAINS MENYINGKIRKAN TUHAN PERSONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apakah sains telah menyebabkan agama
tidak masuk akal lagi secara intelektual? Apakah sains itu menyingkirkan adanya
Tuhan yang personal? Ini adalah sebagian pertanyaan yang menunjukkan masalah
sains dan agama. Dimana sains seakan-akan menggeser kemapanan posisi agama di dalam kehidupan manusia,
dan membuat mereka lalai akan agama sebagai konsekuensi maju dan berkembangnya
sains dan teknologi.
Menalar
Tuhan, itulah yang semenjak permulaannya menjadi obsesi fisafat. Menggapai
Tuhan melalui pikiran menjadi hasrat tinggi filsafat sampai 200 tahun lalu.
Seluruh filsafat india berkisar sekitar pertanyaan tentang apa yang sebenarnya
menjadi dasar segala – galanya. Filsafat yunani, 2500 tahun lalu, semula
mendobrak keagamaan tradisional bersama dewa – dewinya dengan bertanya dengan
bertanya tentang hakekat dunia.
Diskursus antara agama dan sains memang
sudah lama diperdebatkan oleh para
ilmuwan (saintis) begitu juga oleh para agamawan (teolog), baik dari
hubungan keduanya maupun problem yang menjadikan keduanya tidak dapat
berkolaborasi, berintegrasi. Pasalnya ada yang beranggapan bahwa keduanya
saling bertolak belakang, mereka menolak mentah-mentah sains. Alasan golongan
ini Berangkat dari sejarah kelam yang terjadi di dalam tubuh sains Barat, sebut
saja kasus ilmuwan Barat seperti galileo galilei, Baruch Spinoza, dan Giordano
Bruno. Mereka dikutuk, diburu, dikurung, diinterogasi dan bahkan dibunuh.
Golongan ini menggagas sekulerisasi demi mencapai kemajuan seperti di Barat.
Bahkan, umat Islam yang membaca kemajuan Barat sebagai solusi mengatasi
kemunduran sains Islam, menggagas sekulerisasi juga.
Terlepas dari hubungan agama dan sains,
tidak dapat dipungkiri, bahwa sains (ilmu) telah membawa manusia menuju dunia
yang penuh kemapanan. Bagaimana tidak, di setiap lini kehidupan manusia dewasa
ini baik politik, ekonomi, sosial, bahkan agama sendiri tidak terlepas dari
bantuan sains. Komputerisasi sudah menjadi hal wajib untuk dilakukan manusia di
seluruh kehidupannya. Namun, jika mengingat hubungan keduanya di berbagai
agama-agama sangatlah bermacam-macam. Bagi agama Islam, sains berdampak pada
keimanan seorang hamba terhadap kekuasaan Tuhannya, semakin ia menemukan
bukti-bukti kekuasaan Tuhannya, maka semakin bertambah dan kuat pula
keimanannya, inilah pandangan integrasi agama dan sains yang dipakai umat
Islam.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini mencoba mengurai benang kusut problematika
hubungan agama dan sains. Kemudian penulis juga menawarkan resep yang mungkin
bisa digunakan untuk mengintregasikan antara sains dan agama.
1.
Pengertian Sains dan Agama
2.
Empat
Tipologi Hubungan Sains & Agama
3.
Sains dan
agama: Mengatasi Persoalan Problematis
4.
Dapatkah Sains Menalar Tuhan
Personal
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Agama dan Sains
Sebelum membahas hubungan agama dan sains, kita
mengartikan makna agama dan sains terlebih dahulu. Untuk memberikan batasan
tentang makna agama memang agak sulit dan sangat subyektif. Karena pandangan
orang terhadap agama berbeda-beda. Ada yang memandangnya sebagai suatu
institusi yang diwahyukan oleh Tuhan kepada orang yang dipilihnya sebagai nabi
atau rasulnya, dengan ketentuan-ketentuan yang telah pasti. Ada yang
memandangnya sebagai hasil kebudayaan, hasil pemikiran manusia, dan ada pula
yang memandangnya sebagai hasil dari pemikiran orang - orang yang
jenius, tetapi ada pula yang menganggapnya sebagai hasil lamunan, fantasi,
ilustrasi.[1]
Kata ”agama” berasal dari bahasa sangsekerta mempunyai
beberapa arti. Satu pendapat mengatakan bahwa agama berasal dari dua kata,
yaitu a dan gam yang berarti a = tidak, sedangkan gam =
kacau, sehingga berarti tidak kacau (teratur).[2] Ada juga yang
mengartikan a = tidak, sedangkan gam = pergi, berarti tidak
pergi, tetap di tempat, turun temurun.[3]
Prof. Dr. H. Mukti Ali mengatakan bahwa agama adalah
kepercayaan akan adanya Tuhan yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada
utusan-utusanNya untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.[4]
Menurut beliau ciri-ciri agama itu adalah:
- Mempercayai adanya Tuhan yang Maha Esa
- Mempunyai kitab suci dari Tuhan yang Maha Esa
- Mempunyai rasul/utusan dari Tuhan yang Maha Esa
- Memepunyai hukum sendiri bagi kehidupan penganutnya
berupa perintah dan petunjuk.
Sedangkan makna sains dalam
bahasa Inggris kata science berasal dari kata Latin scientia yang
berasal dari kata scire yang berarti mengetahui atau belajar. The Liang
Gie mengatakan bahwa ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Sains (ilmu) dapat dibedakan menurut maknanya,
yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode.[5]
B.
Empat
Tipologi Hubungan Sains & Agama
Ian G. Barbour (2002:47)
mencoba memetakan hubungan sains dan agama dengan membuka kemungkinan interaksi
di antara keduanya. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains
dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil
berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini terdiri dari empat
macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang
tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.[6]
a. Konflik
Pandangan konflik ini mengemuka
pada abad ke–19, dengan tokoh-tokohnya seperti: Richard Dawkins, Francis Crick,
Steven Pinker, serta Stephen Hawking. Pandangan ini menempatkan sains dan agama
dalam dua ekstrim yang saling bertentangan. Bahwa sains dan agama memberikan
pernyataan yang berlawanan sehingga orang harus memilih salah satu di antara
keduanya. Masing-masing menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang
berseberangan. Keduanya hanya mengakui keabsahan eksistensi masing-masing.
Pertentangan antara kaum agamawan
dan ilmuwan di Eropa ini disebabkan oleh sikap radikal kaum agamawan Kristen
yang hanya mengakui kebenaran dan kesucian Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru, sehingga siapa saja yang mengingkarinya dianggap kafir dan berhak
mendapatkan hukuman. Di lain pihak, para ilmuwan mengadakan penyelidikan-penyelidikan
ilmiah yang hasilnya bertentangan dengan kepercayaan yang dianut oleh pihak
gereja (kaum agamawan). Akibatnya, tidak sedikit ilmuwan yang menjadi korban
dari hasil penemuan oleh penindasan dan kekejaman dari pihak gereja. Contoh kasus
dalam hubungan konflik ini adalah hukuman yang diberikan oleh gereja Katolik
terhadap Galileo Galilei atas aspek pemikirannya yang dianggap menentang gereja
yang kita kenal dengan teori Heliosentris dan menentang penafsiran bibel secara
harfiah (literalisme biblikal).[7] Demikian pula
penolakan gereja Katolik terhadap teori evolusi Darwin pada abad ke-19.
Armahedi Mahzar berpendapat
tentang hal ini, bahwa penolakan fundamentalisme religius secara dogmatis ini
mempunyai perlawanan yang sama dogmatisnya di beberapa kalangan ilmuwan yang
menganut kebenaran mutlak obyektivisme sains.
Identifikasinya adalah bahwa yang
riil yaitu dapat diukur dan dirumuskan dengan hubungan matematis. Mereka juga
berasumsi bahwa metode ilmiah merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya dan dipaham. Pada akhirnya, penganut paham ini cenderung
memaksakan otoritas sains ke bidang-bidang di luar sains. Sedangkan agama, bagi
kalangan saintis Barat dianggap subyektif, tertutup dan sangat sulit berubah.
Keyakinan terhadap agama juga tidak dapat diterima karena bukanlah data publik
yang dapat diuji dengan percobaan dan kriteria sebagaimana halnya sains. Agama
tidak lebih dari cerita-cerita mitologi dan legenda sehingga ada kaitannya sama
sekali dengan sains.[8]
Jelaslah bahwa pertentangan yang
terjadi di dunia Barat sejak abad lalu sesungguhnya disebabkan oleh cara
pandang yang keliru terhadap hakikat sains dan agama. Adalah tugas manusia
untuk merubah argumentasi mereka, selama ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mereka kembangkan itu bertentangan dengan agama. Sains dan agama mempengaruhi
manusia dengan kemuliaan Sang Pencipta dan mempengaruhi perhatian manusia
secara langsung pada kemegahan alam fisik ciptaan-Nya. Keduanya tidak saling
bertolak belakang, karena keduanya merupakan ungkapan kebenaran.[9]
b. Independensi
Tidak semua saintis memilih sikap
konflik dalam menghadapi sains dan agama. Ada sebagian yang menganut
independensi, dengan memisahkan sains dan agama dalam dua wilayah yang berbeda.
Masing-masing mengakui keabsahan eksisitensi atas yang lain antara sains dan
agama. Baik agama maupun sains dianggap mempunyai kebenaran sendiri-sendiri
yang terpisah satu sama lain, sehingga bisa hidup berdampingan dengan damai.
Pemisahan wilayah ini dapat berdasarkan masalah yang dikaji, domain yang
dirujuk, dan metode yang digunakan. Mereka berpandangan bahwa sains berhubungan
dengan fakta, dan agama mencakup nilai-nilai. Dua domain yang terpisah ini
kemudian ditinjau dengan perbedaan bahasa dan fungsi masing-masing.
Analisis bahasa menekankan bahwa
bahasa ilmiah berfungsi untuk melalukan prediksi dan kontrol. Sains hanya
mengeksplorasi masalah terbatas pada fenemona alam, tidak untuk melaksanakan
fungsi selain itu. Sedangkan bahasa agama berfungsi memberikan seperangkat pedoman,
menawarkan jalan hidup dan mengarahkan pengalaman religius personal dengan
praktek ritual dan tradisi keagamaan. Bagi kaum agamawan yang menganut
pandangan independensi ini, menganggap bahwa Tuhanlah yang merupakan
sumber-sumber nilai, baik alam nyata maupun gaib. Hanya agama yang dapat
mengetahuinya melalui keimanan. Sedangkan sains hanya berhubungan dengan alam
nyata saja. Walaupun interpretasi ini sedikit berbeda dengan kaum ilmuwan, akan
tetapi pandangan independensi ini tetap menjamin kedamaian antara sains dan
agama.
Barbour mencermati bahwa
pandangan ini sama-sama mempertahankan karakter unik dari sains dan agama.
Namun demikian, manusia tidak boleh merasa puas dengan pandangan bahwa sains
dan agama sebagai dua domain yang tidak koheren.
Bila manusia menghayati kehidupan
sebagai satu kesatuan yang utuh dari berbagai aspeknya yang berbeda, dan
meskipun dari aspek-aspek itu terbentuk berbagai disiplin yang berbeda pula,
tentunya manusia harus berusaha menginterpretasikan ragam hal itu dalam pandangan
yang lebih komplementer.[10]
c. Dialog
Pandangan ini menawarkan hubungan
antara sains dan agama dengan interaksi yang lebih konstruktif daripada
pandangan konflik dan independensi. Diakui bahwa antara sains dan agama
terdapat kesamaan yang bisa didialogkan, bahkan bisa saling mendukung satu sama
lain. Dialog yang dilakukan dalam membandingkan sains dan agama adalah
menekankan kemiripan dalam prediksi metode dan konsep. Salah satu bentuk
dialognya adalah dengan membandingkan metode sanins dan agama yang dapat
menunjukkan kesamaan dan perbedaan.
Dalam menghubungkan agama dan
sains, pandangan ini dapat diwakili oleh pendapat Albert Einstein, yang
mengatakan bahwa “Religion without science is blind : science without
religion is lame“. Tanpa sains, agama menjadi buta, dan tanpa agama, sains
menjadi lumpuh. Demikian pula pendapat David Tracy, seorang teolog Katolik yang
menyatakan adanya dimensi religius dalam sains bahwa intelijibilitas dunia
memerlukan landasan rasional tertinggi yang bersumber dalam teks-teks keagamaan
klasik dan struktur pengalaman manusiawi.
Penganut pandangan dialog ini
berpendapat bahwa sains dan agama tidaklah sesubyektif yang dikira. Antara
sains dan agama memiliki kesejajaran karakteristik yaitu koherensi,
kekomprehensifan dan kemanfaatan. Begitu juga kesejajaran metodologis yang
banyak diangkat oleh beberapa penulis termasuk penggunaan kriteria konsistensi
dan kongruensi dengan pengalaman. Seperti pendapat filosof Holmes Rolston yang
menyatakan bahwa keyakinan dan keagamaan menafsirkan dan menyatakan pengalaman,
sebagaimana teori ilmiah menafsirkan dan mengaitkan data percobaan. Beberapa
penulis juga melakukan eksplorasi terhadap kesejajaran konseptual antara sains
dan agama, disamping kesejajaran metodologis.
Dari uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kesejajaran konseptual maupun metodologis menawarkan
kemungkinan interaksi antara sains dan agama secara dialogis dengan tetap
mempertahankan integritas masing-masing.
d. Integrasi
Pandangan ini melahirkan hubungan
yang lebih bersahabat daripada pendekatan dialog dengan mencari titik temu
diantara sains dan agama. Sains dan doktrin-doktrin keagamaan, sama-sama
dianggap valid dan menjadi sumber koheren dalam pandangan dunia. Bahkan pemahaman
tentang dunia yang diperoleh melalui sains diharapkan dapat memperkaya
pemahaman keagamaan bagi manusia yang beriman.[11]
Armahedi Mahzar mencermati
pandangan ini, bahwa dalam hubungan integratif memberikan wawasan yang lebih
besar mencakup sains dan agama sehingga dapat bekerja sama secara aktif. Bahkan
sains dapat meningkatkan keyakinan umat beragama dengan memberi bukti ilmiah
atas wahyu atau pengalaman mistis. Sebagai contohnya adalah Maurice Bucaille
yang melukiskan tentang kesejajaran deskripsi ilmiah modern tentang alam dengan
deskripsi Al Qur’an tentang hal yang sama. Kesejajaran inilah yang dianggap
memberikan dukungan obyektif ilmiah pada pengalaman subyektif keagamaan.
Pengakuan keabsahan klaim sains maupun agama ini atas dasar kesamaan keduanya
dalam memberikan pengetahuan atau deskripsi tentang alam.[12]
Ada beberapa pendekatan yang
digunakan dalam hubungan integrasi ini. Pendekatan pertama, berangkat
dari data ilmiah yang menawarkan bukti konsklusif bagi keyakinan agama, untuk
memperoleh kesepakatan dan kesadaran akan eksistensi Tuhan. Pendekatan kedua,
yaitu dengan menelaah ulang doktrin-doktrin agama dalam relevansinya dengan
teori-teori ilmiah, atau dengan kata lain, keyakinan agama diuji dengan
kriteria tertentu dan dirumuskan ulang sesuai dengan penemuan sains terkini.[13]
Para saintis tidak dapat
mendefinisikan kebenaran pengetahuannya secara pasti, walaupun dengan
memberikan kriteria-kriteria tertentu untuk membantu perkembangan
pengetahuannya. Adalah sebuah kepastian bahwa sains tidak dapat menjelajahi
seluruh realitas karena sifatnya yang relatif, membuat pencarian pengetahuan
tak akan ada habisnya dan fenomena baru akan muncul terus-menerus. Akhirnya
mayoritas manusia akan lebih disibukkan dengan pengetahuan-pengetahuan tentang
dunia daripada kontemplasi tentang Pencipta.
Setelah mengetahui pandangan keempat tipe hubungan sains dan agama, penulis lebih mendukung
dan mengakomodasi pendekatan integrasi dalam menghubungkan sains dan Islam,
karena dalam hubungan integrasi ini keanekaragaman realitas yang relatif sepadu
dengan Kesatuan Realitas yang Mutlak. Di mana realitas sains memiliki
konvergensi dengan realitas yang diungkapkan Al-Qur’an mengenai fenomena alam
dan manusia. Tanpa integritas keduanya, manusia akan terus menghadapi problematika
modernitas sains di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
C. Sains dan agama: Mengatasi Persoalan Problematis
Akibat dari kesalahan historis yang
monumental hubungan antara sains dan agama sering disalah pahami oleh siswa,
dengan keyakinan bahwa keduanya tidak sejalan. Ini pokok kebingungan ini lazim
kita temukan dalam delapan pernyataan yang sangat sering diucapkan oleh siswa
di inggris (biasanya non-Muslim, tapi sebagian muslim juga).
Delapan pernyatan itu adalah sebagai berikut:[14]
1.
Jika Tuhan
ada, kamu harus bisa membuktikan secara ilmiah
perkiraan bahwa segala sesuatu dapat dibuktikan secara ilmiah, adalah kesalahan yang terjadi. Sains tidak berkepentingan menjawab masalah ketuhanan. Sarana, tujuan dan perencanaan di alam semesta bukanlah hal yang disuarakan oleh sains. Berbagai macam metode sains tidak mampu menjawab persoalan ini, jawaban yang sebenarnya harus dicari diluar sains.
perkiraan bahwa segala sesuatu dapat dibuktikan secara ilmiah, adalah kesalahan yang terjadi. Sains tidak berkepentingan menjawab masalah ketuhanan. Sarana, tujuan dan perencanaan di alam semesta bukanlah hal yang disuarakan oleh sains. Berbagai macam metode sains tidak mampu menjawab persoalan ini, jawaban yang sebenarnya harus dicari diluar sains.
2.
Manusia
tidak lebih dari sekedar sebuah mekanisme kemiawi yang sangat rumit
sekalipun benar manusia adalah mekanisme kimia yang sangat kompleks, tetapi ketika kata “tidak lebih atau sekedar” masuk ke dalam kalimat, maka pernyataan ini menjadi salah. Karena kimia tidak mengenal kejujuran, kasihan, kepercayaan. Padahal manusia memiliki semua itu.
sekalipun benar manusia adalah mekanisme kimia yang sangat kompleks, tetapi ketika kata “tidak lebih atau sekedar” masuk ke dalam kalimat, maka pernyataan ini menjadi salah. Karena kimia tidak mengenal kejujuran, kasihan, kepercayaan. Padahal manusia memiliki semua itu.
3.
Penjabaran
ilmiah sekaligus keagamaan dari peristiwa yang sama tidak bisa diterima
sudah menjadi kesepakatan umum, untuk mengkaji objek atau peristiwa diperlukan berbagai jalan dan cara. Adalah sains salah satu cara tersebut, namun perlu disadari sains tidak bisa menjawab objek tersebut secara holistik. Sains menggangap objek dan peristiwa sepenuhnya berada dalam kerangka berat, volume, dan komposisi kimia dan ia tidak berbicara sedikit pun mengenai asal mula dan tujuan prosesnya. Agamalah yang mengambil peran untuk itu.
sudah menjadi kesepakatan umum, untuk mengkaji objek atau peristiwa diperlukan berbagai jalan dan cara. Adalah sains salah satu cara tersebut, namun perlu disadari sains tidak bisa menjawab objek tersebut secara holistik. Sains menggangap objek dan peristiwa sepenuhnya berada dalam kerangka berat, volume, dan komposisi kimia dan ia tidak berbicara sedikit pun mengenai asal mula dan tujuan prosesnya. Agamalah yang mengambil peran untuk itu.
4.
Jika kehidupan berasal dari Tuhan,
ilmuwan tidak akan mampu menemukan proses keberadaannya.
Inilah pernyataan yang dibantah oleh
penumuan-penemuan sains, dimana semakin banyak pembuktian semakin menjauhkan
mereka dari agama mereka. Proses kejadian petir dan kilat misalnya, sebelumnya
mereka menggangap bahwa keduanya adalah dari Tuhan, namun ketika lahir penemuan
bahwa keduanya berasal aliran elektron yang menyebabkan memanasnyaudara semakin
cepat. Inilah yang mengusik para pendeta di Barat terhadap penemuan saintis.
Berbeda dengan ilmuwan-ilmuwan muslim,
karya-karya sains mereka semakin menambah keimanan terhadap Tuhan mereka.
5.
Pernyataan
“Tuhan menciptakan manusia” dan “manusia adalah hasil dari proses evolusi”
tidak perlu dipertentangkan lagi.
pernyataan bahwa manusia adalah hasil dari proses evolusi sering dilontarkan oleh saintis Barat, mereka tidak menyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia seketika. Alam semesta menurut mereka berjalan dengan sendirinya tanpa ada yang mengatur, inilah sebagian pendapat yang membedakan antara saintis Barat dan saintis muslim. Dimana saintis muslim menggabungkan antara intuisi dan logika, sedangkan saintis Barat hanya berpegang pada logika saja.
pernyataan bahwa manusia adalah hasil dari proses evolusi sering dilontarkan oleh saintis Barat, mereka tidak menyakini bahwa Tuhan menciptakan manusia seketika. Alam semesta menurut mereka berjalan dengan sendirinya tanpa ada yang mengatur, inilah sebagian pendapat yang membedakan antara saintis Barat dan saintis muslim. Dimana saintis muslim menggabungkan antara intuisi dan logika, sedangkan saintis Barat hanya berpegang pada logika saja.
6.
Keyakinan agama
dapat dijabarkan dalam kerangka psikologis
memang keyakinan agama bisa dijelaskan dalam kerangka psikologis. Namun ketika psikologis modern melangkah pada ranah “menghilangkan keyakinan agama” maka kita harus meluruskan hal ini. Keyakinan agama bukan hanya bertujuan untuk menenangkan hati dan jiwa saja, tapi lebih dari itu. Agama merupakan suatu aturan yang menuntun manusia ke jalan yang di ridhoiNya. Menghilangkan agama hanya karena penjabaran teoritis tentang peran dan tujuannya adalah sesuatu yang tidak dibenarkan.
memang keyakinan agama bisa dijelaskan dalam kerangka psikologis. Namun ketika psikologis modern melangkah pada ranah “menghilangkan keyakinan agama” maka kita harus meluruskan hal ini. Keyakinan agama bukan hanya bertujuan untuk menenangkan hati dan jiwa saja, tapi lebih dari itu. Agama merupakan suatu aturan yang menuntun manusia ke jalan yang di ridhoiNya. Menghilangkan agama hanya karena penjabaran teoritis tentang peran dan tujuannya adalah sesuatu yang tidak dibenarkan.
7.
Asal mula
hukum-hukum sains menyebabkan mukjizat dianggap sebagai sesuatu yang tidak
mungkin adanya
perlu ditekankan disini, bahwa sains hanya sebatas menringkas, menguraikan, menggambarkan alam berperilaku sebagaimana biasanya. Kenyataan bahwa kebanyakan perilaku rentan pada deskripsi semacam ini tidak meniadakan kemungkinan pengecualian.
Hukum gerakan newton misalnya ketika dihadapkan pada partikel-partikel yang sangat kecil yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka mekanika newton mencapai batasnya juga, begitu juga relativitas Enstein dan fisika quantum. maka, peristiwa-peristiwa mengagumkan yang terjadi di sepanjang masa para nabi dan rasul –menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, atau membacakan ayat-ayat wahyu yang tidak dapat ditangkap oleh akal manusia- tidak bisa dipahami dalam kerangka penerapan hukum fisika, namun peristiwa tersebut tetap terjadi. Bukan berarti hukum fisika dilanggar, tapi peristiwa ini adalah teka-teki yang berada di luar jangkaun wilayah penerapan fisika.[15]
perlu ditekankan disini, bahwa sains hanya sebatas menringkas, menguraikan, menggambarkan alam berperilaku sebagaimana biasanya. Kenyataan bahwa kebanyakan perilaku rentan pada deskripsi semacam ini tidak meniadakan kemungkinan pengecualian.
Hukum gerakan newton misalnya ketika dihadapkan pada partikel-partikel yang sangat kecil yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka mekanika newton mencapai batasnya juga, begitu juga relativitas Enstein dan fisika quantum. maka, peristiwa-peristiwa mengagumkan yang terjadi di sepanjang masa para nabi dan rasul –menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang mati, atau membacakan ayat-ayat wahyu yang tidak dapat ditangkap oleh akal manusia- tidak bisa dipahami dalam kerangka penerapan hukum fisika, namun peristiwa tersebut tetap terjadi. Bukan berarti hukum fisika dilanggar, tapi peristiwa ini adalah teka-teki yang berada di luar jangkaun wilayah penerapan fisika.[15]
8.
Keyakinan tidak berperan dalam sains
Mereka yang mengira bahwa keyakinan tidak berperan adalah anggapan yang keliru. secara implisit sains mempercayai bahwa segala sesuatu yang belum diketahui dapat diprediksi dari dari sesuatu yang sudah diketahui. Ini ditunjukkan dari rumus (formula) yang diambil dari eksperimen sebelumnya untuk memprediksi objek yang diteliti. Sebelum ilmuan mengkaji alam semesta, ia juga harus mempunyai keyakinan pada komprehensibilitas alam semesta. Artinya, alam semesta itu bisa dimengerti dan dipahami jika setelah ilmuan yakin bahwa alam semesta bisa diteliti.
Mereka yang mengira bahwa keyakinan tidak berperan adalah anggapan yang keliru. secara implisit sains mempercayai bahwa segala sesuatu yang belum diketahui dapat diprediksi dari dari sesuatu yang sudah diketahui. Ini ditunjukkan dari rumus (formula) yang diambil dari eksperimen sebelumnya untuk memprediksi objek yang diteliti. Sebelum ilmuan mengkaji alam semesta, ia juga harus mempunyai keyakinan pada komprehensibilitas alam semesta. Artinya, alam semesta itu bisa dimengerti dan dipahami jika setelah ilmuan yakin bahwa alam semesta bisa diteliti.
D. Dapatkah Sains
Menalar Tuhan Personal
Pada permulaan modernitas pun
pertanyaan tentang Tuhan masih tetap berada di pusat pemikiran para filsof
terpenting, akan tetapi tanda – tanda sebuah peralihan mendalam sudah mulai
kelihatan. Filosof – filosof Inggris dan Skotlandia, semisal Hobbes, Locke,
Berkeley, dan Hume menyingkirkan tertanyaan tentang Tuhan demi prndekatan
impiris. Paradigma rasionalitas bukan lagi spekulasi filosofis, melainkan ilmu
– ilmu alam, dan Tuhan bukan objek ilmu alam.
1.
Cakrawala
Tak Terbatas
Manusia adalah mahluk bertanya. Ia
selalu bertanya, apapun yang berhadapan dengannya dipertanyakan. Manusia adalah
mahluk yang tidak pernah sampai. Tak ada pengetahuan apapun yang bisa
membuatnya tidak mau bertanya lebih lanjut sebab manusia memerlukan
pengetahuan, rasa ingin tahu dan bertindak pada diri manusia
adalah dua hal yang berlawanan sehingga membuatnya ingin tahu lebih jauh.[16]
Manusia memiliki kekhasan dari
mahluk lainya, walau memiliki pengetahuan terbatas tetap manusia memiliki
wawasan yang tak terbatas, sehingga mendorongnya rasa ingin tahunya lebih jauh,
maka tak pernah ada pengetahuan yang dapat memenuhi cakrawala perhatianya.
Bertanya adalah sifat manusia atas rasa ingin tahu untuk mencapai pengetahuan
yang lebih benar lagi. Manusia ingin tahu demi untuk tahu, maka karena itu juga
ia bertanya tentang Tuhan.
2.
Pertanyaan
Tentang Tuhan
Pertanyaan tentang Tuhan tidak datang
dari udara kosong. Manusia sudah lama menyambah Tuhan dalam berbagai bentuk dan
filsafat dimana pun tertarik untuk memikirkan Tuhan itu dari berbagai sudut. Di
abad ke-21 sekrang, Tuhan lebih mendesak. Sebab dalam 300 tahun terakhir
terjadi suatu perkembangan yang dalam sejarah umat manusia, kepercayaan akan
Tuhan bukan laggi barang tentu. Dengan menyingsingnya masa pencerahan,
di abad ke-17 Dan ke-18, filsafat menjadi kritis terhadap agama. Seduah itu,
filsafat dan juga berbagai ilmuwan bahkan menolak adanya Tuhan, sedangkan di
abad ke-20 filsafat Ketuhanan sendiri seakan – akan menghilang dari wacana
filsafat. Filsafat abad ke-20 lebih memikirkan manusia dan pengetahuanya,
bahasa manusia, masyarakat dan hal budaya, Tuhan tidak lagi menjadi objek utama
diskursus filsafat.
Kenyataan tersebut didasarkan atas
ketidak minatan filsafat tentang hal Tuhan lagi, selain itu setelah munculnya
paham eteisme, banyak filosof secara diam – diam sepakat bahwa filsafat tidak
dapat berbicara dengan Tuhan. Menurut Immanuel Kant (1724-1804), Tuhan tidak
menjadi objek pengetahuan manusia, jadi nalar tidak dapat mengetahui apa pun
mengenai Tuhan. Hal ini searah dengan kecenderungan umum masyarakat modern,
berpendapat bahwa Tuhan adalah urusan kepercayaan masing – masing orang.
Dilain pihak orang beragama sendiri
kelihatan ada kecenderungan semakin kuat untuk menolak pemikaran rasioalan
tentang Tuhan, atau sekurang – kurangnya menganggapnya tidak bermanfaat.
3.
Menolak
Penalaran
Hampir sama
dengan kalangan teolog, mereka yang berfaham Fundamentalisme yang
pertama muncul di beberapa kalangan Protestan di Amerika Serikat menolak paham
Darwinisme, meraka berpegang pada arti harfiah dan ketidak sesatan seratus
persen Kitab Suci dan menyatakan dasar keyakinan mereka semata – mata pada
iman, serta menolak segala pemikiran kritis tentang iman. Fundamentalis yakin bahwa bagi orang beriman
tak mungkin ada keragu – raguan tentang imanya, maka mereka menolak penalaran
murni manusiawi tentang Tuhan. Tetapi beberapi teolog yang bukan fundamentalis,
berpendapat bahwa iman, kepercayaan dan keyakinan agama adalah urusan
individual. Kalau orang meneriamanya, itulah haknya, dan kalau ia memang
meragukannya, tak usah meributkan iman orang yang tidak ragu – ragu.
Mereka yang
memakai nalar menolak Tuhan, atau menganggap Tuhan hal yang tidak dapat
diketahui menantang mereka yang percaya kepada Tuhan untuk mempertanggung
jawabkan keyakinan akan Tuhan secara rasional, soalnya bagi orang
beriman percaya pada Tuhan bukan salah satu kepercayaan subjektif seperti orang
dapat percaya pada reinkarnasi, melainkan sebuah kebenaran yang menjadi dasar
seluruh kehidupanya dan menyeru untuk disampaikan juga kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam interaksinya dengan dunia dan lingkungan social
sekitarnya manusia membutuhkan pengetahuan. Maka, kebutuhan manusia dapat
dikatakan juga merupakan suatu factor yang mendasari dan mendorong
berkembangnya pengetahuan manusia.
Berbeda dengan binatang, manusia memiliki pengetahuan yang berasal dari
pikiranya sehingga manusia dapat belajar
serta dapat mengajarkanya kepada generasi selanjutnya. Bukan hanya secara
instingtif, tetapi juga secera kreatif. Pengetahuan bagi manusia selain sebagai
sarana untuk hidup bagi manusia juga merupakan alat, strategi, dan
kebijaksanaan yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan dunia dan
lingkungan social sekitarnya. Pengetahuan bagi
manusia merupakan upaya untuk menafsirkan, memahami dan akhirnya juga untuk
menguasai dan memanfaatkan dunia sekitar guna menunjang kebutuhan hidup manusia.
Pengetahuan yang benar pada dasarnya dicari manusia
untuk dapat bertindak secara tepat, pengetahuan hakiki manusia pada dasarnya
berasal dari peran pengalaman, logika, bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.
Setelah mengetahui pandangan keempat tipe hubungan sains dan agama, penulis lebih mendukung
dan mengakomodasi pendekatan integrasi dalam menghubungkan sains dan Islam,
karena dalam hubungan integrasi ini keanekaragaman realitas yang relatif sepadu
dengan Kesatuan Realitas yang Mutlak. Di mana realitas sains memiliki
konvergensi dengan realitas yang diungkapkan Al-Qur’an mengenai fenomena alam
dan manusia. Tanpa integritas keduanya, manusia akan terus menghadapi
problematika modernitas sains di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Sains tidak dapat menolak Tuhan Personal sebab sains
sendiri adalah hasil pengetahuan manusia yang sifatnya terbatas sehingga
kemampuan manusia (saintisme) dalam penalarannya terhada Tuhan Persenol sebagai
objek penelitian adalah keliru, selain itu adalah suatu wilayah yang secara
keseluruhan berada diluar akal yang tidak dapat dijelajahi oleh filsafat. Karena itu al Gazali benar ketika mengatakan
bahwa ”Kebenaran dengan apapun yang ada diluar pengenalan manusia, maka
haruslah jalan Kitab Suci (Syar’i) diambil.[17]
DAFTAR PUSTAKA
Syafa’at, Mengapa
Anda Beragama Islam, Wijaya, Jakarta, 1965
Taib Thahir Abdul
Muin, Ilmu Kalam II, Pen. Widjaja, Jkaarta, 1973
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya
Jilid 3, Universitas Indonesia,
Jakarta, 1985
Prof. Dr. h.
Mukti Ali, Etika Agama dalam Pembentukan Kepribadian Nasional, Yayasan
An-Nida’, Yogyakarta, 1969
Badan
Penerbitan Filsafat UGM, Integrasi Ilmu dan Agama: Perspektif Filsafat Mulla
Sadra, Yogyakarta: Kahfi Offset, 2010
Ian
G. Barbour, Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama, Bandung: Mizan,
2002
Nasim Butt, Sains dan Masyarakat Islam, Bandung:
Pustaka Hidayah, 1996
Franz
Magnis – Suseno, Menalar Tuhan, Yogyakarta: Kanasius, 2006
Muzairi
– Novian Widiadharma, Metafisika : UIN SUKA, 2008
Jakarta, 1985, hal.
5
Nida’, Yogyakarta, 1969, hal. 9
[5] Badan Penerbitan
Filsafat UGM, Integrasi Ilmu dan Agama: Perspektif Filsafat Mulla Sadra,
Yogyakarta: Kahfi Offset, 2010, hal. 34
[11] Ibid, hal.
58
[16] Frans Magniz – Suseno, Menalar
Tuhan, Yogyakarta: Kanasius, 2006,
hal,
[17] Muzairi – Novian Widiadharma, Metafisika
: UIN SUKA, 2008, Hal. 7
Langganan:
Postingan
(
Atom
)